Senin, 26 Januari 2015

Diam Itu Lebih Baik?

"Diam itu adalah emas" adagium yang sudah dikenal dan ditelan mentah-mentah oleh sebagian besar jika kita bicara tentang bagaimana menyikapi masalah. Secara umum mungkin mereka lebih memilih diam untuk sekedar meredam masalah. Dengan diampun banyak hati yang terselamatkan dari luka.

Namun apa benar diam itu emas? Membiarkan kesewenangan dari luar mengontrol diri dari setiap insan. Sejujurnya dalam diri masih tersimpan bara untuk sekedar mengungkapkan pendapat namun kebanyakan lebih memilih diam, ya karena diam itu emas.

Ada lagi kalimat tua yang mengatakan "Tong Kosong Nyaring Bunyinya" sejak kecil sudah tertanam, merupakan pembenaran dari kalimat bijak diam itu adalah emas.

Memang benar ada baiknya kita diam, namun berkata pun bukan hal yang buruk. Hanya sekedar menyelamatkan hati seseorang dari luka bukanlah suatu kebenaran jika memang patut diperjuangkan. Terpaku pada kalimat tua tong kosong nyaring bunyinya, mengartikan seolah-olah orang diam itu yang berilmu. Tidak semuanya benar, ada kalanya kita berbicara dan diam untuk mendengar.

Seorang guru mengatakan bahwa manusia yang saling memberikan pendapat dan menerima masukan adalah manusia seutuhnya. Namun manusia yang tidak memberikan masukan dan tidak memberikan pendapat adalah manusia jadi-jadian.  Dipahami jika manusia sendiri memiliki keseimbangan dalam hidup yakni menerima dan memberi, kita dapat belajar dari menerima dan berbagi dari memberi.

"Diam itu baik namun berbicara itu tidak buruk"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar